Posted by: niadilova | 22/04/2019

PPM #207: Hamid gelar Soetan Sinaro Perpatih Dibuang ke Digul (1928)

Nieuwe geïnterneerden

Op dezelfde overwegingen als bij vorige besluiten zal weder een vrij groot aantal personen worden geïnterneerd. Hoeronder zijn ook nog de volgende Westkustenaars;

[…]

Hamid gelar Soetan Sinaro Perpatih, 30 jaar, o.m. gewezen leerling bij den Topografischen Dienst en de Staatspoorwegen, propagandist der P.K.I., laatstelijk woonachtig te Fort de Kock.

[…]

***

Laporan De Sumatra Post edisi 23 November 1928 yang memberitakan pen-Digul-an seorang lagi intelektual muda Minangkabau: Hamid gelar Soetan Sinaro Perpatih. Dalam berbagai literature dan laporan media semasa, namanya sering disingkat menjadi H. S.S. Perpatih (atau Parpatieh).

Turut di-Digul-kan bersama H. S.S. Perpatih lima orang Minangkabau lainnya, yaitu:

1) Maliki gelar Datoek Sipado, usia 35 tahun (lahir tahun 1893), penghulu di “Aoer Peroemahan”, petani (landbouwer), propagandis dan ondervoorzitter PKI dan sekretaris Sarekat Tani di kampungnya, Aur Perumahan, tempat tinggal terakhir di “Aoer Peroemahan, residentie Sumatra’s Westkust.”

2) Djamaloedin gelar Malin Soetan, usia 28 tahun (lahir tahun 1900) (apakah mungkin orang ini Djamaloedin Tamin?), pemimpin PKI cabang Aur Perumahan dan penasehat (adviseur) Sarekat Tani di Aur Perumahan, tempat tinggal terakhir tercatat di “Ikoer Loeboek (Padang Pandjang), residentie Sumatra’s Westkust.”

3) Abdoel Djabar, usia 25 tahun (lahir tahun 1903), bekerja sebagai kuli, propagandis PKI, tempat tinggal terakhir di Sianok, “residentie Sumatra’s Westkust”.

4) Basir, usia 29 tahun (lahir tahun 1899), seorang tukang pangkas (barbier), propagandis PKI, tempat tinggal terakhir di Fort de Kock.

5) Aboe Samah gelar Soetan Salim, usia 30 tahun (lahir tahun 1898), administator bulanan Sasaran Rakjat, pengurus (voorzitter) dan propagandis PKI, tempat tinggal terakhir di “Padang Pandjang, residentie Sumatra’s Westkust”. (De Sumatra Post, ibid.)

Dari laporan di atas dapat dikesan bahwa H. S.S. Perpatih berasal dari Fort de Kock (Bukittinggi) dan lahir tahun 1898.

S.S. Perpatih ditangkap di Medan pada 27 Juni 1926. Sebelumnya, ia pergi ke Jawa, kemudian ke Singapura di mana ia mulai menjadi propagandis komunis yang mencoba kembali ke Sumatera untuk melakukan proganda komunis, sebagaimana dilaporkan oleh ‘mata-mata’ penguasa Hindia Belanda B.J.O. Schirieke dalam sidang Volksraad bulan Juli 1926 (De Indische Courant,17 Jul 1926)

Sebelumnya, pada 1923, H. S.S. Perpatih sudah juga berurusan dengan PID (Politiek Inlichtingen Dienst) Hindia Belanda. Pada waktu itu dia dipreventief (‘diamankan’ – meminjam istilah Orde Baru) oleh PID di Padang Panjang karena keterlibatannya dalam penerbitan berkala Doenia Achirat (lihat di bawah) yang dipandang radikal oleh penguasa kolonial Hindia Belanda. Namun, atas protes rakyat dan kawan-kawannya, Hamid dan beberapa orang lainnya yang ditangkap dibebaskan kembali (De Preangerbode, 23 November 1923).

  1. S.S. Perpatih aktif dalam penerbitan beberapa majalah dan berkala, antara lain (lihat Ahmat Adam, Suara Minangkabau: Sejarah dan Bibliografi Akhbar dan Majalah di Sumatera Barat 1900-1941, Kuala Lumpur: Penerbit Universiti Malaya, 2012):
  2. Minangkabau-Bergerak (1919), diterbitkan oleh Sarikat Combinatie Minangkabau (S.C.M.) dan dicetak oleh Snelpersdrukkerij Merapi & Co., Fort de Kock. (sebagai Pekerja/Wartawan).
  3. Al-Bajan [penjelasan]: Soerat chabar oentoek keperloean segala hal tentangan Agama Islam (1919-1921), diterbitkan oleh Jamáyah Sumatra Thawalib Parabek dan dicetak oleh Drukkerij Merapi & Co., Fort de Kock. (sebagai ‘Al-Nadzir’/Pengawas). Sekarang, dwimingguan ini sedang diteliti secara ekstensif oleh Khairul Ashdiq, kandidat PhD Universiti Malaya.
  4. Soematera-Bergerak. Teroetama penjokong gerakan ra’jat jang terperintah di Hindia-Nederland (1919-1923), diterbitkan oleh Magas A. Madjid dan B.[aginda] Djamaloedin Rasad dan dicetak oleh Snelpersdrukkerij Merapi & C.,, Fort de Kock. (sebagai Ketua Redaktur).
  5. Ma’loemat. Penjertai pergerakan banhsa jang berhaloean oentoek keselamatan oemoem (1920), diterbitkan oleh H.S.S. Parpatieh sendiri dan dicetak oleh Snelpersdrukkerij Merapi & C.,, Fort de Kock. (sebagai Penerbit dan Penanggung jawab).
  6. Perobahan.Soera boeat segala bangsa (1921-1923), diterbitkan oleh Padangsche Snelpersdrukkerij, Tjia Eng Thiam, dan Perkongsia Perobahan dan dicetak olej Padansche Snelpersdrukkerij, Pomdok. (sebagai Eerste Redacterur/Redaktur Pertama).
  7. Doenia Achirat (1922-1924), diterbitkan oleh Sain Ak Maliki dan dicetak oleh Snelpersdrukkerij Merapi & Co, Fort de Kock dan Volksdrukerij, Padang. (sebagai Radaktur).
  8. Warta Doenia (1923), diterbitkan oleh Handelsdrukkerij Warta Doenia dan dicetak oleh Drukkerij Orang Alam Minangkabau milik Mahjoedin Dt. Soetan Maharadja. (sebagai Eerste Redacteur/Redaktur Pertama).
  9. Djago! Djago! (1923-1924), diterbitkan oleh International Debating Club, Padang Panjang dan dicetak oleh Drukkerij ‘Badezst’ (Padang Panjang) dan Padangsche Snelpersdrukkerij (Padang). (sebagai Verantwoordelijk Redakteur/Redaktur Penanggung jawab).Sangat mungkin H. S.S. Perpatih diungsikan ke Australia menyusul jatuhnya Hindia Belanda ke tangan Jepang, lalu ia kembali ke Sumatera. Akan dicoba kumpulkan keterangan lebih lanjut mengenai riwayat hidup salah seorang penggiat pers vernakular di Minangkabau ini.
  10. Di Digul, Hamid dan banyak interniran lainnya ditempatkan di Tanah Merah, kamp interniran tingkat pertama, tempat bagi orang-orang yang dianggap sangat berbahaya, sebagaimana dicatat oleh Chalid Salim dalam bukunya 15 Tahun Digul (versi terjemahan 1977:153-184, 283).

*Dr. Suryadi – Leiden University, Belanda / Padang Ekspres, Minggu 21 April 2019

 


Leave a comment

Categories