Posted by: niadilova | 25/05/2015

Minang Saisuak #224 – Mohammad Sjafei (1893 – 1969)

44a910ae51ffc2e190ec2b1302b11de8_sas

Rubrik Minang saisuak kali ini menurunkan foto M[uhammad] Sjafei, pendiri Indonesische NederlandSchool (INS) Kayu Tanam yang masih eksis sampai sekarang. Foto yang kami turunkan kali ini belum sering dipublikasikan, yang mungkin dibuat setelah beliau pulang dari Negeri Belanda tahun 1925.

Seperti telah dicatat dalam beberapa publikasi, M. Sjafei lahir di Ketapang, Kalimantan Barat, tahun 1893 (sebagian sumber menyebut tahun 1896). Ia adalah anak angkat dari intelektual Minangkabau Ibrahim Marah Soetan (lihat: rubrik ini di Singgalang, 19-10-2014). Mereka bertemu ketika Marah Soetan bertugas di Pontianak. Sjafei kemudian dikirim ke Sumatera Barat tahun 1908 untuk disekolahkan di Kweekschool (Sekolah Raja) di Fort de Kock (Bukittinggi). Anak muda ini menunjukkan minat yang tinggi pada seni lukis dan musik.

Setamat dari Kweekschool pada 1914, Sjafei melanjutkan pelajarannya ke Batavia. Ia masuk Kartini School tempat ayah angkatnya mengajar sambil mempelajari pula seni lukis dengan guru HBS, De Graaf. Ia menerima diploma 18 bulan kemudian dan berhak mengajar di sekolah menengah (Chaniago, 2010:388).

Pada 1922 Sjafei berangkat ke Belanda untuk menuntut ilmu di bidang pendidikan kerajinan tangan. Ia mendapat kesempatan mengajar di sekolah rendah di Mookhoek, Rotterdam. Selama belajar di Belanda, Sjafei juga aktif dalam organisasi pelajar Indonesia De Indische Vereeniging/Perhimpunan Hindia (yang kemudian berubah menjadi De Indonesische Vereeniging/Perhimpunan Indonesia).

Sjafei balik ke Indonesia tahun 1925. Kemudian ia mendirikan INS Kayu Tanam, sebuah model sekolah yang sudah lama dicita-citakan oleh Marah Soetan. Sambil mendidik, Sjafei juga aktif dalam lapangan politik dengan bergabung dengan Indische Partij, kemudian Partai Insulinde.

Di zaman pendudukan Jepang, Sjafei ditunjuk menjadi ketua Chuo Sang In cabang Sumatera Tengah yang berkedudukan di Bukittinggi. Saat Jepang menyerah kepada Sekutu, Sjafei membacakan naskah Proklamasi di Bukitinggi pada 29 Agustus 1945, yang sebelumnya sudah dibacakan oleh dwi tunggal Soekarno-Hatta di Jakarta. Ia kemudian diangkat menjadi Residen Sumatera Barat, tapi mengundurkan diri pada bulan Oktober 1945. Kemudian dari Maret sampai Oktober 1946 menjadi Menteri Pendidikan dan Pengajaran Republik Indonesia dalam Kabinet Sjahrir.

Dalam Pemilu 1955, sekali lagi ia ikut politik, tapi tidak terpilih menjadi anggota parlemen. Dalam peristiwa pergolakan daerah (1958-1961), Sjafei ikut PRRI dan diangkat menjadi Menteri Pendidikan dan Kesehatan PRRI. Ketika PRRI berakhir, Sjafei turun gunung dan kembali membangun INS Kayu Tanam yang terlantar akibat perang. INS dibuka lagi secara simbolis pada 31 Oktober 1967. Di samping itu, Sjafei dan teman-temanya juga mendirikan Sekolah Tinggi Hukum Pancasila di Padang, yang kemudian menjadi Fakultas Hukum UNAND (Chaniago, ibid.: 393).

Demikianlah kisah hidup singkat M. Sjafei. Beliau meninggal pada 5 Maret 1969 di Jakarta, saat mengurus bantuan untuk INS Kayu Tanam. Ia meninggalkan seorang istri, Joanna Sicrie, dan 3 orang anak yang masih kecil. Jenazahnya diterbangkan ke Padang. Penerima Doktor Honoris Causa dari IKIP Padang tahun 1968 itu dimakamkan di samping makam ibu angkatnya/istri Marah Soetan, [Andung] Chadijah, di kompleks INS Kayu Tanam.

Suryadi – Leiden, Belanda | Singgalang, Minggu, 24 Mei 2015 (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 45, Tahoen X, 19 Mei 1932: 695).


Responses

  1. Reblogged this on Bukit Tinggi Heritage and commented:
    Muhammad Syafei..


Leave a comment

Categories