Posted by: niadilova | 05/01/2015

Minang Saisuak #204 – Mr. Mohammad Djamin

6eb6358b8836c23bfeeb3a4642ea7c5a_minang-saisuak-sgl-minggu-4-januari-2015-mr-mohammad-djamin-intelektual-minang-dari-sulit-air

Rubrik Minang saisuak kali ini memperkenalkan seorang intelektual Minangkabau asal Sulit Air: Mr. Mohammad Djamin. (Mohon dibedakan dengan tokoh nasional Mr. Prof. Muhammad Yamin, S.H. asal Talawi). Beliau adalah seorang ahli hukum tamatan Universiteit Leiden dan bekerja sebagaiadvocaat dan procureur di Raad van Justitie Padang.

Tak lama setelah sepulangnya dari studinya di Leiden, Mr Djamin diberi ixin oleh Pemerintah untuk buka praktek advokat (pengacara) di Padang (lihat: De Sumatra Post [Medan], 06-04-1932; gambar). Tak lama kemudian dia diangkat pula menjadi “orang gedang seorang senegeri” Sulit Air dengan gelar ‘”Datoek Soetan Maharadja Besar”, sebagai oelasan marhoem Datoek Soetan Maharadja Redacteur Oetoesan Melajoe di Padang’ (Pandji Poestaka 89, Th X, 4-11-1932:1402). Alek gadang malewakan gala beliau itu diadakan pada hari Minggu 18 September 1932 di Sulit Air dengan merebahkan 3 ekor kerbau.

De Sumatra Post (Medan) 06-04-1932 - Advokat M Djamin Soelit Air

Mohammad Djamin gelar Soetan Maharadja Besar dilahirkan di Sulit Air pada 1903. Beliau adalah anak mendiang Dt. Malin Maharadja, penghulu kepala Sulit Air, cucu kandung dari almarhum Dt.Radjo Mansoer, Larashoofd Sulit Air yang terakhir, dan kemenakan dari Dt. Radjo Mansoer, menteri polisi kelas 2 di kota Medan.

Riwayat pendidikannya: 1909 memasuki volkschool alias sekolah partikulir di Sulit Air; tahun 1912 masuk sekolah Gouvernement kelas 2 di Singkarak; tahun 1913 melanjutkan studi ke sekolah HIS (HolladschInlandsche School) di Solok dan tamat tahun 1917. Kemudian dia mendaftar diKweekschool (Sekolah Raja) Fort de Kock. Dia mendapat nilai terbaik dalam tes masuk, tapi tidak dapat diterima karena dia mengidap ‘perpenyakit dada’ (tbc?). Akhirnya dia bersekolah di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) di Padang.

Setelah tamat dari MULO Padang, Djamin melanjutkan studinya ke Sekolah Hukum (Rechtschool) di Betawi. Dia lulus ujian akhir pada 1922, dan langsung diangkat menjadi Griffier yang diperbantukan di Landraad Padang. Kemudian Djamin melanjutkan studinya ke Sekolah Hakim Tinggi (Rechtshoogeschool) di Betawi menyusul dibukanya sekolah itu pada 28 Oktober 1924. Tapi sebelum tamat, dia pergi ke Belanda pada tahun 1927 atas sokongan keluarga. Di ‘tanah dingin’ itu dia mengambil sekolah hukum di Universitas Leiden dan tamat dalam masa 4 tahun (atau kurang) dengan gelar meester in de rechten (Mr). Pada bulan Februari 1932 Djamin sudah berada lagi di tengah keluarganya lagi di Sumatera Barat.

Selama menempuh studinya, Mohammad Djamin terkenal sebagai siswa/mahasiswa yang cerdas. Dia selalu mendapat rangking teratas. Foto ini dibuat ketika Djamin berada di Belanda (antara 1927-1931).

Mr. Datuk Djamin, demikian beliau sering dipanggil, pernah pula menjabat sebagai Gubernur Jawa Barat. Beliau pernah pula menjadi advokat (pengacara) di Padang dan Singapura. Putra Sulit air ini meninggal pada hari Sabtu, 10 Mei 1957 di Cipanas. Pemakamana jenazah almarhum di TPU Karet Jakarta dihadiri oleh banyak orang besar yang berasal dari Minangkabau (lihat potongan koran di bawah: Het Nieuwsblad voor Sumatra, dinsdag, 14-05-1957).

Het nieuwsblad voor Sumatra, Dinsdag 14-05-1957

Kisah Djamin ini memberi informasi kepada kita tentang tradisi intelektual di kalangan keluarga penghulu yang berafiliasi dengan Belanda. Ada banyak keluarga seperti ini di Minangkabau pada akhir abad 19 dan awal abad 20. Belum ada studi sejarah sosial yang komprehensif tentang dunia seputar kehidupan penghulu bersurat, tuanku laras, angku palo, dan engku demang yang pernah mewarnai sejarah Minangkabau di masa lampau ini. Kepada sejarawan muda Fikrul Hanif Sufyan saya pernah berkata: jadikanlah ini topik disertasi!

Suryadi – Leiden, Belanda (Sumber foto: Pandji Poestaka 89, Th X, 4-11-1932:1402) | Singgalang, Minggu, 4 Januari 2015


Leave a comment

Categories