Posted by: niadilova | 12/01/2015

Minang Saisuak #205 – Samaun Bakri: Pahlawan Nasional Putra Kuraitaji

e869063f696b48f6bc64dc96c1a47429_minang-saisuak-sgl-minggu-11-januari-2015-samaun-bakri-pahlawan-nasional-putra-kuraitaji

Seorang lagi putra Minangkabau asal Pariaman yang patut dikenang adalah Samaun Bakri. RubrikMinang saisuak kali ini menurunkan kisah pendek riwayat hidupnya.

Samaun Bakri lahir di Paguh Pandakian, Kenagarian Kuraitaji (sekarang masuk wilayah Kecamatan Pariaman Selatan, sebelumnya Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman) pada 28 April 1908. Samaun terlahir dari keluarga pejuang. Ayahnya, Bagindo Abu Bakar, adalah anak Bagindo Talabieh, seorang pejuang yang dibuang ke Menado oleh Belanda bersama Tuangku Imam Bonjol tahun 1837. Saudaranya, Zainun Bakri, juga seorang republiken yang tewas dibunuh Belanda di Pariaman pada Agresi ke-2 di Pariaman.

Sebagaimana ayah dan saudaranya, dalam tubuh Samaun mengalir ‘darah perjuangan’. Setelah tamat dari Tawalib Padang Panjang, Samaun terjun ke kancah perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan negerinya.

Mula-mula Samaun bekerja di dunia kewartawanan. Kemudian dia terjun ke dunia politik dan kerap mengikuti rapat-rapat gerakan pemuda beraliran progresif dan radikal. Ketika bermukim di rantau Bengkulu, dia masuk ke PSII (Partai Syarikat Islam Indonesia). Akibat aktifitas politiknya itu, Samaun mendapat kesempatan berkenalan dengan Bung Karno. Akan tetapi karena keterlibatannya dengan PSII itu pula, dia sampai diinternir dan dipenjarakan oleh Belanda.

Selepas dari penjara, menyusul kekalahan Belanda melawan Jepang, Samaun masuk PUTRA dan Jawa Hookookai. Dia menjadi seorang anggota rahasia aksi bawah tanah yang aktif bekerjasama dengan Empat Serangkai (Soekarno, Hatta, Sjahrir, H. Agoes Salim). Samaun adalah salah seorang pemuda pejuang yang ikut menyaksikan penandatanganan naskah asli Proklamasi oleh Soekarno, selain Sukarni, Chairul Saleh, Ahmad Subarjo, Iwakusuma Sumantri, Sudiro, BM. Diah, dan Sayuti Melik.

Setelah Indonesia merdeka, Samaun turut berkiprah di pemerintahan, mulai sebagsi penasehat Gubernur Jawa Barat sampai menjadi Wakil Residen Banten.

Tapi sayang, Samaun tidak sempat menikmati kemerdekaan bangsanya lebih lama. Beliau gugur pada tanggal 10 Oktober 1948 dalam peristiwa jatuhnya pesawat Dakota RI-002 di wilayah lampung pada 10 Oktober 1948 saat Belanda melancarkan Agresi ke-2. Waktu itu, sebagai wakil Residen Banten, Samaun bersama beberapa rekannya ditugaskan oleh Bung Karno membawa emas produksi Cikotok Banten ke Birma untuk tukarkan dengan senjata dan logistik yang dibutuhkan Indonesia dalam menghadapi Agresi Belanda ke-2. Dari lapangan udara Ciberem, Serang, mereka mencarter pesawat Dakota RI-002 milik pilot Amerika, Robert Earl Freeberg. Pesawat itu dikabarkan mendarat (atau didaratkan? secara) darurat lampung. Semuanya penumpangnya konon tewas (ditembak?); pilot Robert Earl Freeberg dinyatakan hilang tapi sampai sekarang tidak diketahui rimbanya. Apa yang terjadi sebenarnya masih misteri. Berbagai spekulasi kita dengar: ada pula yang mengatakan pesawat itu jatuh ditembak oleh Belanda. Yang mencurigakan, emas yang ada dalam pesawat itu, yang jumlahnya masih simpang siur, tidak pernah ditemukan kembali.

Bangkai pesawat itu baru ditemukan pada 19 April 1978 di Bukit Pungkur Lampung. Sisa-sisa rangka jenazah penumpangnya yang masih ditemukan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kedaton Tanjung Karang Lampung. Samaun dianugerahi gelar Perintis Kemerdekaan tahun 1981 dan Bintang Mahaputra Utamal tahun 2002.

Pada Agustus 2014 di Pariaman diluncurkan buku Samaun Bakri: Sang Jurnalis dan Misteri Jatuhnya RI.002, yang disusun oleh Fuad S. Bakri. Buku itu itu merekam sejarah hidup dan perjuangan sang jurnalis dan tokoh pergerakan Kemerdekaan Republik Indonesia itu. Menurut Fuad S. Bakri, buku itu didedikasikan untuk sanak-keluarga, masyarakat Minangkabau, dan bangsa ini dalam menghargai sejarah dan nilai-nilai kepahlawanan Samaun Bakri.

Suryadi – Leiden, Belanda (Sumber foto: koleksi pribadi Fuad S. Bakri) | Singgalang, Minggu, 11 Januari 2015


Responses

  1. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh, Pak. Saya Ahsanuz Zikri, mahasiswa FISIP Universitas Andalas. Maaf sebelumnya, Pak. Saya ingin mengoreksi tulisan Bapak pada paragraf kedua terakhir yaitu Samaun Bakri dianugerahi Pahlawan Nasional tahun 2002. Merujuk pada artikel “Daftar pahlawan nasional Indonesia” di Wikipedia bahasa Indonesia, tidak ada nama Samaun Bakri sebagai pahlawan nasional, Pak. Saya menemukan di artikel “Samaun Bakri” di Wikipedia bahasa Indonesia bahwa beliau dianugerahi Bintang Mahaputra Utama tahun 2002, Pak. Mohon maaf apabila kurang berkenan atau ada kesalahan dan terima kasih atas perhatiannya, Pak.

  2. Salam Sdr. Ahsanuz. Betul sekali! Terima kasih atar koreksinya. Pengajuannya sebagai pahlawan nasional masih belum berhasil.


Leave a comment

Categories