Posted by: niadilova | 27/11/2017

Minang saisuak #321: Tiga Orang Ulama Besar Minangkabau

IMG_0208-cropp

Foto klasik ini direproduksi dari artikel Rusjdi, “Sedjarah penerbitan madjalah AL-MUNIR: Pelopor Pers Islam dengan aliran modern jang dibawanya” yang dimuat dalam majalah Gema Islam (lihat catatan bibliografis selengkapnya di bawah). Sebagaimana dicatatkan dalam keterangan foto ini, ketiga orang ini adalah ulama terkemuka Minangkabau, yaitu: Dr. Hadji Abdul Karim Amrullah, pengarang majalah Al-Munir yang terbit di Padang (kiri), Syekh Taher Jalaluddin, pemimpin majalah AlImam yang terbit di Singapura (tengah) dan Syekh Daud Rasjidi.

Dr. Hadji Abdulkarim Amrullah lahir tgl. 10 Februari 1879 di Sungai Batang, Maninjau, dan wafat tgl. 2 Juni 1945, hanya sekitar tiga bulan sebelum Indonesia merdeka. Dr. Hadji Abdulkarim Amrullah adalah seorang ulama Minangkabau yang sangat berpengaruh pada zamannya. Lebih jauh tentang riwayat hidup ayah Hamka ini, bacalah antara lain buku anaknya sendiri (Hamka), Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat, Jakarta: Uminda, 1982.

Edisi pertama majalah AlMunir yang dieditori oleh Syekh Dr. Haji Abdul Kamrim Amrullah terbit tgl. 1 April 1911 dalam bahasa Melayu dan huruf Arab Melayu (Jawi). Majalah ini adalah mingguan yang “terbit setiap hari Sabtu di Padang, diterbitkan oleh beberapa orang ulama jang telah beroleh pendidikan dan pengadjaran dari seorang ulama besar di Mekkah, jaitu Sjaich Achmad Chatib al Minangkabawi.” Mereka tergabung dalam satu organisasi yang disebut SJARIKAT ILMU (Rusjdi,1962:22). Sidang Redaksinya adalah: Pengarang: Haji Abdullah Ahmad; Pengurus [Pemimpin Usaha]: Haji Marah Moehammad bin Abdul Hamid; Pertua [Sireksi]: Hji Sutan Jamaluddin Abubakar; Para pembantu: Haji Abdul Karim Amrullah Danau (tokoh kita ini), Moehammad Dahlan Sutan Lembak Tuah, Haji Muhammad Thaib Umar Batusangkar, dan Sutan Muhammad Salim (Hoofd Djaksa Pesiun, ayah Haji Agus Salim). Dua penentang AlMunir adalah majalah Suluh Melaju pimpinan Syekh Chatib Ali di Padang dan majalah  Al-Mizan pimpinan Haji Abdul Madjid dan Hasan Basri yang terbit di Maninjau (Ibid.)

Syekh Taher Jalaluddin lahir di Ampek Angkek, Agam, tgl. 8 Desember 1869, wafat di Perak, Malaysia, pada 26 Oktober 1956. Beliau adala ulama Minangkabau yang banyak menghabiskan masa hidupnya di Semenanjung Malaya (sejak 1906) karena dipersulit masuk ke Hindia Belanda dan dilarang berdakwah di kampung halamannya sendiri. Beliau adalah seorang ulama pembaharu yang sangat keras mengeritik keterbelakangan umat Islam di dunia Melayu dan berusaha keras untuk meningkatkan pendidikan terhadap mereka. Lebih jauh tentang ulama ini, lihat antara lain Hafiz Zakariya, “Islamic Reform in Malaya: The Contribution of Shaykh Tahir Jalaluddin”, Intellectual Discourse 13(1), 01 June 2005:49-72; Hafiz Zakariya, ‘Islamic Reform in Colonial Malaya: Shaykh Tahir Jalaluddin and Sayyid Shaykh al-Hadi’ [PhD dissertation University of California, Santa Barbara, 2006]; dan Sohaimi Abdul Azis (Ed.), Syekh Tahir Jalaluddin: Pemikir Islam, Penang: USM Press, 2003. Majalah Al-Imam yang dieditori oleh Syekh Tahir Jalaluddin terbit dari tahun 1906 sampai 1908.

Syekh Daud Rasjidi lahir di Balingka, Agam, tahun 1880 dan wafat di Bukittinggi pada 26 Januari 1948. Beliau juga termasuk salah seorang ulama pembaharu di Minangkabau. Lebih jauh tentang Syekh Daid Rasjidi, lihat antara lain Mālik Manṣūr, Nursal Saeran dan Yulizal Yunus, Riwayat Hidup dan Perjuangan 20 Ulama Besar Sumatera Barat, Padang: Islamic Centre, 1981:136-154.

Rusjdi menjelaskan bahwa Al-Munir mendapat pengaruh dari Al-Imam yang “membawakan suara modernisasi Islam sebagaimana jang ditjanangkan oleh Muhammad Abduh dan Rasjid Ridha di Mesir dengan madjalahnja AL-MANAR.” (Ibid.:24). Selanjutnya, Rusji menjelaskan isi Al-Munir dan sikap majalah ini terhadap Pemerintah Kolonial Belanda dan sebab-sebab kematiannya. Tentu saja artikel ini sangat bermanfaat bagi para sejarawan dan pengklaji dinamika Islam di Minangkabau dan Dunia Melayu pada awal abad ke-20. (Sumber foto: Gema Islam, No. 1, Th. ke I, 15 Djanuari 1962/8 Sja’ban 1381:23).

Dr. Suryadi, M.A. – Leiden University, Belanda / Harian Singgalang, Minggu, 26 November 2017


Responses

  1. Reblogged this on Bukit Tinggi Salingka Agam Heritage and commented:
    Tiga orang Ulama asal Luhak Agam: Sungai Batang, Ampek Angkek, & Balingka


Leave a comment

Categories