Posted by: niadilova | 24/08/2015

Minang Saisuak #232 – Moehammad Rasad gelar Maharadja Soetan: Hoofddjaksa Landraad Medan

555ff6e3a6a29fb67b1c57315a28775e_deawfg

Seperti sudah sering jadi buah mulut orang banyak, Koto Gadang adalah nagari yang melahirkan banyak tokoh penting dan orang pandai-pandai di zaman saisuak. Kali ini rubrik Minang saisuak akan menurunkan lagi biografi singkat salah seorang putra nagari di tubir Ngarai Sianok itu. Beliau adalah Moehammad Rasad gelar Maharadja Soetan: Hoofddjaksa Landraad di Medan.

Moehammad Rasad “dilahirkan di Kota Gedang (Fort de Kock) pada 29 November 1866″, demikian kami kutip dari majalah Pandji Poestaka, No. 37, tahoen I, 13 September 1923:1-2 – sumber yang kami rujuk untuk tulisan ini. Beliau mendapatkan pendidikan sekuler di Fort de Kock, seperti kebanyakan anak-anak Koto Gadang di zamannya.

Karier Moehammad Rasad dalam jajaran BB kolonial dimulai pada 12 Juni 1883, ketika beliau diterima menjadi Boekbinder di kantor Keresidenan Fort de Kock. Kemudian beliau dipromosikan menjadiInlandsch schrijver di kantor Controleur Alahan Panjang dengan merangkap sebagai Adjunct Djaksa di situ. Bulan Agustus 1892 jadi Pakhuismeester di Simpang Tonang. Januari 1897 jadi Adjunct Djaksa di Rao. Pada bulan September 1900 jadi Adjunct Djaksa di Talu. Bulan Oktober 1903 beliau dipromosikan menjadi Adjunct Hoofddjaksa Landraad di Padang. Pada Januari 1906 beliau jadi Djaksa Landraad di Padang Panjang. Bulan April 1910 jadi Hoofddjaksa Landraad di Jambi. Januari 1913 beliau jadiDistrictshoofd di Jambi dan pada bulan Juli tahun berikutnya (1914) beliau ditunjuk menjadiHoofddjaksa Landraad di Medan.

Pada tanggal 12 Juli 1923, Moehammad Rasad gelar Maharadja Soetan resmi pensiun dari “djabatan Gouvernement”, setelah berdinas kurang lebih 40 tahun lamanya. Foto yang kami tayangkan ini terkait dengan perayaan perpisahan dengan beliau sebagai Hoofddjaksa Landraad di Medan. Pada tanggal 12 Juli 1923 itu “diadakanlah perajaan, jaïtoe atas oesaha padoeka toean J. M. Ruyschaver, Controleur Beneden Deli dan padoeka toean Mr. H. H. Kemink, President Landraad Medan” (h.2). Banyaklah kenalan, handai taulan, dan sejawat beliau, orang-orang penting di Medan, datang dalam acara perpisahan itu.

Demikianlah riwayat singkat tentang karier Moehammad Rasad gelar Mahardja Soetan. Belum diketahui kapan dan dimana beliau wafat. Semoga informasi ini bermanfaat bagi para pembaca, khususnya para sarjana sejarah yang tertarik mengkaji peran dan posisi kaum pribumi dalam sistem administrasi kolonial Belanda di di Indonesia.

Suryadi – Leiden, Belanda | Singgalang, Minggu, 23 Agustus 2015 (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 37, tahoen I, 13 September 1923:1)


Leave a comment

Categories