Posted by: niadilova | 23/02/2015

Minang Saisuak #211 – Zainuddin Labai El Yunusi (1890-1924)

dd9f4b2951e6496faec669960aa5eccc_minang-saisuak-sgl-minggu-22-februari-2015-zainuddin-labai-el-yunusi-1890-1924

Dalam ejaan lama namanya ditulis Zainoeddin Labai El Joenoesi. Tapi sekarang namanya sering pula ditulis: Zainuddin Labay El Yunusy. Lahir tahun 1890 di Kanagarian Bukit Surungan, Padang Panjang, anak pasangan Syekh Muhammad Yunus dan Rafi’ah, Zainuddin adalah seorang ulama reformis Minangkabau di awal abad 20. Jasanya terhadap peningkatan kualitas orang Minangkabau tidak dapat dimungkiri lagi, sebab beliaulah salah seorang pendidik yang terkemuka di zamannya.

Bersama Djalaluddin Thaib, Haji Rasul, dan Inyiak Mandua Basa, Zainuddin merupakan tokoh pentingyang merintis pendirian sekolah atau perguruan Islam moderen Sumatera Thawalib diPadangpanjang, Sumatera Barat pada masa penjajahan Belanda sekaligus menjadi salah seorang pengurus dan pengajar perguruan tersebut.

Pada masa kanak-kanak, Zainuddin bersekolah di sekolah Gouvernement (Pemerintah) hingga kelas 4, tapi tak sampai tamat. Kemudian dia belajar dengan ayahnya, tapi ayahnya meninggal. Lalu dia belajar dengan Syekh Abbas Abdullah di Padang Japang. (Dia sempat belajar dengan H. Abdullah Ahmad di Sekolah Adabiah Padang, tapi hanya bertahan 8 hari saja). Di Padang Japang dia sempat menjadi guru bantu. Pada tahun 1913 Zainuddin kembali ke Padang Panjang dan mengajar di Surau Jembatan Besi. Tiga tahun kemudian (1915), dia mendirikan Diniyah Puteri sambil aktif menulis di majalah AlAkhbar, kemudian di majalah AlMunir. Ide pendirian Sumatera Thawalib muncul tahun 1918, tapi secara resmi berdiri pada 15 Januari 1919.

Rubrik Minang saisuak kali ini menurunkan kodak Zainuddin yang kami reproduksi dari berkala PandjiPoestaka. Foto ini mungkin diambil pada tahun-tahun terakhir sebelum beliau meninggal di usia yang masih relatif muda (34 tahun). Kita beruntung mendapatkan kodaknya ini, karena selama ini foto tokoh kita ini jarang didapat. Foto ini memberi kesan kepada kita tentang perawakan Zainuddin yang kelihatannya bertubuh agak kecil tapi tegas. Pandangan matanya membayangkan kecerdasan dan semangatnya. Pulpen di tangannya menyimbolkan dunia intelektual pilihan hidupnya.

Seperti telah sering diungkapkan dalam banyak kajian tentang sejarah pendidikan di Minangkabau,Sumatera Thawalib dan Diniyah Puteri Padang Panjang memainkan peranan penting di zamannya. Kedua lembaga pendidikan itu telah melahirkan generasi intelektual Minangkabau, pria dan wanita, yang aktif di berbagai lapangan pekerjaan. Civitas akademika kedua perguruan itu juga aktif dalam gerakan politik melawan penjajah Belanda. Sumatera Thawalib juga dikaitkan dengan munculnya gerakan Islam merah yang berhaluan komunis di Minangkabau.

Demikian sedikit uraian rentang kisah hidup Zainuddin Labai. Dia menikahi dua orang wanita: Sawiyah dan Djaliah dan dikarunia dua orang anak: Zuraida Zainuddin dan Thanius Mathran Hibatullah Zainuddin.

Zainuddin Labai El Yunisi meninggal di Padang pada tanggal 10 Juli 1924. Tuhan menjemputnya begitu cepat, ketika dia masih sangat dibutuhkan oleh bangsanya. Tapi setiap rencanaNya mengandung rahasia.

Suryadi – Leiden, Belanda. (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 47, Th VIII, 13 Juni 1930, hlm. 741). |Singgalang, Minggu, 22 Februari 2015


Leave a comment

Categories