Posted by: niadilova | 26/01/2015

Minang Saisuak #207 – Abuan Guru-Guru, Fort de Kock (1921)

670677c5d082df0e982626b04179e1ef_minang-saisuak-sgl-minggu-25-januari-2015-abuan-guru-guru-fort-de-kock-1921

Kesadaran berorganisasi muncul di kalangan kaum pribumi seiring dengan meningkatnya kemajuan di Hindia Belanda. Berbagai golongan dan aliran profesi membentuk serikat atau perkumpulan untuk memperjuangkan hak-hak mereka dan juga dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggotanya. Minangkabau termasuk pelopor dalam hal ini karena ide kemajuan menyebar dalam masyarakatnya sudah lebih awal muncul di abad 19. Para guru pun muncul kesadarannya untuk berorganisasi.

Rubrik Minang Saisuak kali ini menurunkan kodak lama pengurus Aboean GoeroeGoeroe (AGG) yang didirikan di Fort de Kock (Bukittinggi) pada tahun 1921. Pelopornya adalah beberapa orang penilik sekolah (Schoolopziener) dan guru-guru yang ditugaskan di Sumatra Barat.

Para anggota AGG mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk tambahan uang pensiun di hari tua. Penilik sekolah dan guru dipungut iyuran sebesar 2,5 gulden dan guru bantu sebesar 1 gulden. Pada 1921 AGG memiliki 167 anggota dengan jumlah uang simpanan sebesar 3.728,50 gulden. Pada 1928 anggotanya meluas sampai ke Jambi, Palembang dan Borneo (Kalimantan) yang jumlahnya mencapai 422 orang, dengan jumlah uang simpanan sebesar 25.112 gulden. Uang itu ‘didjalankan djoega oentoek mentjahari keonetoengan jang halal’.

Selama 7 tahun pertama AGG tidak punya kantor. Pada 1928 AGG berhasil menyewa sebuah rumah di Fort de Kock untuk kantornya. Dalam foto ini terlihat anggota pengurus (berstuur) AGG berkodak bersama. Mereka adalah: 1) M. Thaib gelar St. Pamoentjak (Ketua/Voorzitter), pensiunan Kepala Penilik Sekolah (Hoofdschoolpoziener); 2) Dt. Bagindo (Wakil ketua/Onder Voorzitter), Kepsek di Fort de Kock I; 3) Kasip (Sekretaris), guru bantu di Fort de Kocok; 4) St. Saripado (Bendahara/Thesaurier), guru pensiun. Sedangkan sisanya adalah anggota komisaris: 5) Manan, Penilik sekolah (Schoolopziener) Fort de Kock I; 6) Dt. Radja Ibadat, Kepala sekolah Fort de Kock IV; 7) St. Pamenan, guru kelas 1 HIS Fort de Kock; 8) H. St. Ibrahim, guru bantu Fort de Kock III; 9) Dj. St. Machoedoem, guru bantu Fort de Kock IV; 10) B. Soetan Maroehoen, Kepala sekolah Fort de Kock II; 11) Z. St. Sinaro, Kepala sekolah Fort de Kock III. Jadi, rupanya pengelompokan sekolah di Fort de Kock pada masa itu dibagi atas 4 sektor: I, II, III, dan IV.

Pada 1927 AGG telah menerbitkan pula sebuah berkala untuk sarana komunikasi dan bertukar informasi di antara para anggotanya dan masyarakat luas pada umumnya. Sebagian eksemplar berkala ini masih tersimpan sekarang di Leiden University Library, Belanda.

Demikianlah sedikit informasi tambahan mengenai AGG. Seperti telah dicatat dalam sejarah pendidikan di Sumatera Barat, AGG cukup berperanan pada masanya, dan aktivitas mereka pun sering mendapat perhatian Pemerintah.

Suryadi – Leiden, Belanda (Sumber foto: Pandji Poestaka No. 26-27, Th VII, 29 April 1929: 418) |Singgalang, Minggu, 25 Januari 2015


Responses

  1. Reblogged this on Bukit Tinggi Heritage and commented:
    Abuan Guru di Bukit Tinggi


Leave a comment

Categories