Posted by: niadilova | 17/11/2014

Minang Saisuak #197 – Sekolah Tenun di Pariaman

030a82646155afcfae9e0eddac1edec9_minang-saisuak-sekolah-tenun-di-pariaman

Usaha tenun sudah lama dikenal di Minangkabau. Daerah-daerah tertentu, seperti Kubang, Pandai Sikek, dan Silungkang adalah sentra-sentra usaha tenun tradisional yang terkenal sampai ke luar Sumatera Barat. Perusahaan tenun modern berkembang di daerah ini sejak awal abad ke-20.

Rubrik Minang saisuak kali ini menceritakan kembali keberadaan sebuah sekolah tenun di Pariaman pada paroh pertama abad ke-20. Namanya Serikat Peroesahaan Tenoen Pariaman (S.T.T.P.). Gagasan untuk mendirikan S.T.T.P. muncul dari Soetan Pangeran, penilik sekolah (schoolopziener) di Pariaman. Pada 27 Maret 1932 diadakan rapat yang dihadiri oleh goeroe2 laki-laki dan perempoean dari sekolah-sekolah Gouvernement kelas II, Meisjesvervolg school dan sekolah-sekolah Negeri dalam onderafdeeling Pariaman, sedjoemlah kira2 200 orang. Dalam rapat itulah diperoleh kesepakatan untuk mendirikan S.T.T.P.

Pengurus S.T.T.P. adalah: Soetan Pangeran (President), Bagindo Moenaf (wakil/vicepresident), Soetan Ibrahim (sekretaris), Encik Saadah (bendahara/peningmeesteres), Soetan Poetih, Bagindo Boedjang, Moehammad Nagoer dan Bahaoe’ddin (komisaris) yang ditambah dengan beberapa kepala sekolahGouvernement dan sekolah Negeri di luar Pariaman.

Pada guru dan orang tua murid beriyur bersama untuk mengumpulkan modal. Pada 1 April 1932 sudah terkumpul uang sejumlah 180 gulden. Sekolah itu dilengkapi dengan lima mesin dan satu mesin pemintal yang sudah ada (milik Soetan Pangeran), ditambah dengan beberapa mesin baru yang didatangkan dari Fort de Kock dan Bandung. Pada April 1932 sekolah itu mulai diopeasikan dengan jumlah pelajar 100 orang. Telah datang pula dua orang guru profesional di bidang pertenunan: Datoek Mangkoeto Sati (pegawai perusahaan tenun untuk Sumatra’s Westkust) dan seorang gadis ahli tenun bernama Aisjah dari Lasi, Fort de Kock. Gedung sekolah menempati bekas gudang garam milik pemerintah yang terletak di sebelah Kantor Kepala Negeri di Pasar Pariaman.

Hari Minggu, 15 Mei 1932 diadakan perhelatan besar untuk meresmikan sekaligus mempromosikan S.T.T.P., bertempat di gedung Cinema Theater di Pariaman. Pertemuan diadakan dua kali: pagi untuk laki-laki dan lepas tengah hari untuk perempuan. Pertemuan itu dihadiri oleh sekitar 800 orang. Seluruh bestuur S.T.T.P. hadir, juga hadir dan memberikan sambutan Moehammad Sjafei, directeurINS Kayu Tanam. Ia kemudian mendonasikan uang sebanyak 5 gulden kepada sekolah itu. Belakangan datang pula donasi sebesar 25 gulden dari Hadji Datoek Toemenggeong (pegawai pemerintah di Air Pampan).

Pada bulan Juni 1932 sudah tercatat 120 murid sekolah ini. Dijangka dalam 3 sampai 6 bulan seorang murid sudah pandai menenun. Modal sebuah kain diperkirakan 1,50 gulden yang dapat dijual sekitar 3 gulden. Demikianlah sekelumit sejarah usaha pertenunan di Pariaman di masa lampau.

Suryadi – Leiden, Belanda, (Sumber foto: Pandji Poestaka, No. 47, Thn X, 10 Juni 1937:723) | Singgalang, Minggu, 16 November 2014


Leave a comment

Categories