Posted by: niadilova | 21/03/2016

PPM #55 – Rasoena Said ditangkap Belanda (1932)

Dalam rapat oemoem P.M.I. [Pemoeda Moeslimin Indonesia] di Padang seorang kaoem iboe bernama Rasoena Said telah kena spreekdelict dan ditahan preventief. (A)

Rasoena Said dapat teman boeat 8 hari *)

Rasoena Said beloem lagi beberapa mendjalankan pengorbanannja, sekarang (6 Februari ’33) telah mengiring di tempat itoe djoega [hotel prodeo di Pajakomboeh] sdr. Sdr. Mardiani Djali dan Fatimah Reno, doea pengadjoer Islam nationalism Nahdatoelnisaijah [P.N.N., P[adang] Djepang] 8 hari lamanja, karena ditoedoeh beropenbaar zonder beritahoe dan membiarkan anak-anak dalem vergadering jang terseboet. Bertambah njata bagi kita sekarang bahwa pergerakan Ra’jat soedah dekat dan hampir dipoentjaknja.

“Diwaktoe kaoem Iboe telah berani mengorbankan dirinja dalem pergerakan  Ra’jat tanda kemerdekaan soedah sangat dekat.”

 Ketahoei dan jakinlah!!!

Begotoe saudara Bsd. K. dari Pajakomboeh toelis pada kita.(B)

***

Laporan  Fikiran Ra’jat: Madjallah-politik popoelér No. 24, 9 December 1932:15 [Kronik Indonesia] (A) dan No. 35, 24 Februari 1933:12 [Kronik Indonesia] (B) tentang penahanan Rasuna Said oleh Belanda karena ia ikut dalam rapat umum PMI (Pemuda Muslimin Indonesia) di Padang pada bulan Desember 1932.

Sampai bulan Februari 1933 tampaknya Rasuna Said masih ditahan di ‘hotel prodeo’ Payakumbuh, menyusul kemudian dua orang aktivis perempuan Minang lainnya, Mardiani Djali dan Fatimah Reno dari PNN Nahdatoelnisaijah Padang Japang. Mereka ditahan selama 8 hari karena dituduh mengadakan rapat umum tanpa minta izin kepada otoritas kolonial. Data ini jelas bermanfaat bagi peneliti sejarah yang memfokuskan pengkajiannya pada gerakan kaum wanitan di Minangkabau dan Sumatera pada umumnya.

Suryadi – Leiden University, Belanda | Padang Ekspres, Minggu, 20 Maret 2016


Leave a comment

Categories