Posted by: niadilova | 21/05/2012

KPM #81 – DI DUNIA RIDA HAMBA DIGENGGAM

Dalam mengarang pantun ataupun syair, mungkin orang harus memikirkan beberapa syarat. Mengutip Raja Ali Haji, penulis Melayu yang terkenal: Bermula kesempurnaan syair Melayu itu yaitu tiga perkara: Pertama, cukup timbangannya; kedua, betul sajaknya; tiga, tiada cacat dengan sebab berulang-ulang apalagi janggal (Lihat: Jan van der; Al Azhar. 2007. Dalam Berkekalan Persahabatan: Surat-surat Raja Ali Haji kepada Von de Wall, Penerjemah: Aswandi Syahri. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia2007:144). Pedoman yang sama juga berlaku dalam mengarang pantun. Ini mungkin bisa menjadi bagi kita pedoman untuk menilai pantun-pantun Minang klasik yang sudah disajikan dalam rubrik ini, termasuk nomor ini.

625.

Sianik jo paro-paro,

Katigo jo rumpuik Agam,

Ka langik suko denai dibao,

Di dunia rida Ambo diganggam.

626.

Raja Amaik bakadam perak,

Dibao naik ka parahu,

Karamuntiang di tangah sawang,

Tumbuah madang di pandakian

Di tantang rumpun kayu mati,

Di dalam jangan bariak,

Kawan sairiang usah tahu,

Balinduang tantang nan tarang,

Sapantun si bisu barasian,

Taruahkan sajo dalam hati.

627.

Tuan Puti si Cindua Dewi,

Anak Tuan Panghulu Sutan,

Ka lua musahua tasambunyi,

Batin balinduang kaliektan.

628.

Anak Tuan Panghulu Sutan,

Manumpang parahu Cino,

Balari-lari ateh pasia,

Patah patigo batang aru,

Pucuaknyo serak-sumerai,

Batin balinduang kaliektan,

Kok tau di hati ibo,

Lieklah ka surek tafsir,

Bacolah ka surek nahu,

Sadikik tidak kabacarai.

629.

Tarikek di dalam kain,

Sileba di Tanah Makah,

Tumbuah kalapo di bubuangan,

Putuih cumani di talinyo,

Bakato kitab dalam batin,

Baputa alam rairullah,

Baimpok Adam jo Junjuangan,

Nantik ka aniang sandirinyo.

630.

Putuih cumani di talinyo,

Dima urang ka ka Pagai,

Manggaleh suto jo pinjaik,

Nantik ka aniang sandirinyo,

Dima urang nan tau pandai,

Mamutuih kato dalam raik.

631.

Bungo cimpago jo inango,

Di tapi koto jo musajik,

Tuan taala kanduang Ambo,

Mamutuih kato dalam raik.

Bait 625 menggambarkan kerelaan hati sepenuhnya untuk hidup dengan si dia. Aku dalam genggamanmu kini, bawalah aku ke mana engkau pergi (seperti kata sepenggal syair lagudangdut). Bait 626 yang panjang (10 larik) memberi pesan agar percekcokan kasih yang terjadi antara Anda dengan si dia disimpan saja rapat-rapat dalam hati, jangan sampai orang lain tahu. Inilah prinsip yang dipakai anak muda Minangkabau di zaman dulu. Sekarang beda: kalau putus cinta, langsung diumumkan di laman facebook. Kadang-kadang sampai pula bertengkar atau melakukan kekerasan fisik.

Bait 627sampai 631, yang memakai kata melereng yang halus, menggambarkan hebatnya seseorang menyembunyikan persoalan batin sendiri sehinggaa orang ramai tidak mengetahuinya. Hanya orang-orang yang ariflah yang bisa melihat hubungan antara dua orang yang mampu menyimpan rapat rahasia hati dan tak sedikitpun menampakkannya secara fisik di depan publik (bait 627). Dalam bait 628 tampaknya digambarkan hubungan batin yang tetap kuat antara dua kekasih yang berjauhan, mengingatkan kita pada perpisahan dua hati akibat tradisi merantau. Namun dalam bait berikutnya (629) dikilatkan bahwa pada saatnya nanti gelombang rindu itu akan menjadi tenang kembali. Pada saatnya segala sesuatunya akan menjadi normal lagi.

Kata yang penting dalam bait-bait terakhir (adalah raik (raib atau gaib) (lihat Kamus Minangkabau Melajoe Riau susunan M.Thaib gl St. Pamoentjak 1935:193). Mamutuih kato dalam raik artinya menyampaikan suatu pesan dengan isyarat saja, berkomunikasi tanpa harus berkata-kata. Pandangan mata sudah cukup untuk memberitahu isi hati. Dalam konteks Minang saisuak mamutuih kato dalam raik selalu asosiatif dengan orang yang berusaha menyimpan persoalan diri dan jiwanya (dalam hubungannya dengan orang lain) tanpa ingin diketahui oleh publik. Mamutuih kato dalam raik jelas beda prinsip dengan kecenderungan orang sekarang yang suka pamer permasalahan diri di media. Lihatlah kecenderungan ini di laman-laman facebook orang Indonesia. Segalanya dipamerkan di sana mulai dari rasa benci sampai problem yang terjadi semalam di kamar tidur.

(bersambung minggu depan)

Suryadi  [Leiden University, Belanda] | Padang Ekspres, Minggu, 20 Mei 2012


Leave a comment

Categories